Sabtu, 03 Desember 2011

pribadi unik

Pribadi Unik


Manusia tercipta sebagai pribadi yang unik. Dalam kesempurnaan sebagai makhluk di antara makhluk lain, manusia juga memiliki kelebihan dan kekurangan yang melekat pada dirinya, seperti dua sisi mata uang yang tak terpisahkan.
Keunikan inilah yang seringkali menjadikan manusia sebagai makhluk yang kompleks, yang begitu spesial dan berbeda dengan makhluk apa pun di dunia ini. Terkadang kita mudah mengerti akan watak seseorang karena kesederhanaan, sikap dan perilakunya, namun seringkali kita pun sulit memahami seseorang karena kompleksitas keadaan yang dialaminya.
Manuasia memiliki kelebihan dan kekurangan, yang sebenamya merupakan bagian dari kesempurnaannya. Dua hal tersebut selalu memberikan warna pada dirinya sehingga dapat menjadikan hidupnya begitu indah dan menarik. Dua hal tersebut justeru memberikan dinamika bagi kehidupannya.
Namun sangat disayangkan, kebanyakan diantana kita kerap kali hanya mau melihat orang lain dari sisi kelebihannya tanpa mau melihat pula sisi kekurangannya. Terutama hal ini dilakukan oleh para pimpinan sebuah perusahaan, misalnya kepada para karyawan
Dalam upaya membangun semangat dan motivasi bawahannya, pimpinan sering memberikan berbagai kritikan (meskipun secara konstruktif dan obyektif) atas berbagai kekurangan bahkan kesalahan yang telah dilakukan bawahannya.
Mengakui Kebenaran
Sebenarnya tidak ada yang salah dalam hal ini. Sebuah kebenaran memang harus disampaikan. Sebagaimana sabda Nabi SAW: “Sampaikanlah apa yang haq meskipun akibatnya terlalu pahit” (HR. Ibnu Hibban).
Artinya, kita wajib menyampaikan sebuah kebenaran kepada seseorang karena pada hakikatnya kebenaran adalah hak yang harus dimiliki oleh setiap umat manuaa. Hal tersebut juga mengandung makna bahwa untuk menyampaikan kebenaran, dibutuhkan keberanian. Tidak hanya berani menyampaikan tetapi juga berani mengakuik kebenaran itu sendiri, dan berani menghadapi berbagai resiko/konsekuensi yang terjadi akibat dari menyampaikan kebenaran tersebut.
Tetapi cukup disayangkan, kebanyakan di antara kita menafsirkan hadits ini secara sepihak saja. Artinya, hadits ini seing dimaknai sebagai justifikasi atas kesalahan yang dilakukan orang lain (sisi kekurangan) dan kita wajib mengoreksinya agar kehidupan menjadi benar. Sehingga kita menjadi lebih sering melihat kesalahan orang kemudian mengkritisinya agar menjadi lebih baik. Sementara orang yang bersalah tersebut pun harus mau menerimanya karena tak ada pilihan lain.
Padahal hadits di atas juga seharusnya dimaknai sebagai kewajiban kita untuk mengakui kelebihan (kebenaran) orang lain dibandingkan diri kita. Kita harus berani mengakui bahwa ada orang lain yang ternyata lebih baik dari diri kita. Dan inilah sulitnya, sesuai dengan hadits di atas.
Kita seringkali sulit untuk mengakui kekurangan diri sendiri dan lebih mudah mengakui kekurangan orang lain. Gajah di depan mata memang sulit untuk dilihat, namun bakteri didasar laut sangat mudah terlihat. Kenapa bisa? karena kita sangat sulit mengalahkan egoisme diri sendiri. Gengsi mengakui kesempurnaan orang lain. Inilah makna dari kata “pahit” dari hadits di atas.
Kritikan dan Pujian
Sebenarnya, ada dua hal yang dapat membangun seseorang (semangat dan motivasinya) agar dapat lebih baik. Yaitu dengan kritikan dan pujian (mengakui kelebihan orang lain).
Namun begitu, keduanya tidak boleh dilakukan secara berlebihan. Terlalu banyak kritikan yang dilontarkan membuat orang tersebut frustasi dan cenderung menyalahkan diri sendiri, karena ia merasa bahwa apa yang dilakukannya selalu salah walaupun bukan sepenuhnya kesalahan tersebut berasal darinya atau bahkan bukan kesalahannya.
Firman Allah SWT: “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan nasehatmenasihati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kebenaran” (QS. Al Ashr: 1-3).
Dalam firman lainnya: “Dan dia termasuk orang-orang yang beriman dan saling berpesan untuk bersabar dan saling berpesan untuk berkasih sayang” (QS. Al Balad: 17).
Dari sisi orang memberikan kritikan, akan kehilangan kesadaran bahwa tidak ada manusia yang sempurna. Orang seperti ini biasanya selalu mengejar kesempurnaan (perfectionist), cenderung arogan dan tidak mau memaklumi kekurangan orang lain, merasa dirinya lebih baik dari orang lain.
Di sisi lain, terlalu banyak pujian yang diberikan kepada kita akan membuat diri kita kehilangan kesadaran bahwa sebenarnya kita hanya manusia biasa, dan tidak lebih dari itu. Yang jelas, keduanya harus diberikan secara proporsional Sehingga, akan tercapai kondisi yang objektif dan seimbang.